kadar kreatinin pada penderita diabetes

Tujuan: Mengetahui hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Metode : Penelitian ini adalah observasional eksperimen dengan menggunakan pendekatan cross sectional berdasarkan data sekunder . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2020. KorelasiKadar Magnesium Serum dengan Albuminuria pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 The purposes of this study are to know: the role of magnesium in diabetic nephropathy, the proportion of albuminuria in type 2 DM with hypomagnesemia and normal magnesium level, and correlation between magnesium level and albuminuria . PerbedaanKadar Kreatinin Serum Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Terkontrol Dengan Yang Tidak Terkontrol Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2012 Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadikarena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya. ratarata kadar kreatinin serum yang didapat cenderung masih dalam batas nilai normal yaitu 1,28 mg/dL. Dari data primer yang diperoleh dan uji statistik didapatkan hasil tidak ada hubungan antara deteksi dini mikroalbumin dengan kadar kreatinin serum pada pasien DM tipe-2. Kata kunci :Nefropati Diabeteik, Mikroalbumin,UACR, Kreatinin Serum v Hasilpenelitian menunjukkan dari 64 penderita diabetes melitus tipe II, sebanyak 25 orang (39.1%) dengan hasil kadar kreatinin tinggi, sebanyak 33 orang (51.6%) dengan hasil kadar kreatinin normal dan sebanyak 6 orang (9.4%) dengan hasil kadar kreatinin rendah. Site De Rencontre Pour Celibataire Serieux. Dublin Core Title GAMBARAN KADAR KREATININ PADA PENDERITA Diabetes Mellitus di RS BHAYANGKARA PALEMBANG TAHUN 2017 Subject Kadar kreatinin, penderita Diabetes mellitus, fungsi ginjal Description Diabetes mellitus DM adalah penyakit kronik yang terjadi karena pankreas mengalami penurunan produksi insulin, atau tidak mampu menggunakannya secara efektif. Dengan adanya penurunan maka ini menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah ini disebut dengan hiperglikemi. Hiperglikemi seiring waktu dapat memberi kerusakan pada ginjal, jantung, pembuluh darah, dan peningkatan sakit jantung dan stroke. Diabetes juga salah satu penyebab gagal ginjal. Gagal ginjal adalah ketika ginjal berhenti bekerja sisa-sisa metabolisme tidak bisa dikeluarkan lagi dari darah. Untuk menilai fungsi ginjal dilakukan tes fungsi ginjal yaitu pemeriksaan kadar kreatinin serum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin pada penderita Diabetes mellitus di Rumah Sakit Bhayangkara Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian menggunakan teknik sampling accidental sampling. Sampel penelitian adalah penderita Diabetes mellitus di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2017 yaitu berjumlah 66 penderita. Pengukuran kadar kreatinin menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 penderita, ditemukan sebanyak 17 orang 25,8% dengan kadar kreatinin tinggi dan 49 orang 74,2% dengan kadar kreatinin normal. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan kadar kreatinin tinggi yaitu sebanyak 6 orang 20,7% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang 29,7%; berdasarkan umur, responden yang memiliki umur kategori berisiko dengan kadar kreatinin tinggi yaitu sebanyak 16 orang 26,7% dan responden dengan kategori tidak berisiko sebanyak 1 orang 16,7%; berdasarkan lama menderita, responden yang lama menderita kategori berisiko dengan kadar kreatinin tinggi sebanyak 6 orang 27,3% dan responden dengan kategori tidak berisiko sebanyak 11 orang 25,0%; dan berdasarkan terkontrolnya pengobatan, responden dengan terkontrolnya pengobatan kategori tidak terkontrol sebanyak 10 orang 38,5% dan responden dengan kategori terkontrol sebanyak 7 orang 17,5%. Disarankan bagi penderita Diabetes mellitus melakukan pemeriksaan rutin sehingga penyakit DM yang diderita dapat dipantau dan dikontrol. Publisher POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG Contributor DIAH NAVIANTI,AMAK Document Viewer Background People with Type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia continue to increase in prevalence. Understanding of complications due to this disease, one of which is diabetic nephropathy or damage to kidney nephrons. Objective To determine the relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Method This study was an observational experiment using a cross sectional approach based on secondary data. The research was carried out in February to April 2020. The population of this research study is a member of Prolanis Chronic Disease Management Advanced Program in Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sample with 24 patients. Analysis of data using the Spearman’s test. Results From the results of the normality test using the Shapiro Wilk test data obtained were not normally distributed so that continued with the Spearman rank test obtained r of and p values with sig. 2-tailed of or> H0 received. This means that there is no relationship between HbA1c levels and blood creatinine levels in patients with type 2 DM. Conclusion There is no relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PUINOVAKESMAS No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 ISSN 2746-7430 Online 84 puinovakesmas Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 Putri Nur Cahyani a,, 1*, Atik Martsiningsih a, 2, Budi Setiawan a,b, 3 a Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl Ngadinegaran MJIII No 62 Yogyakarta 55141 b PUI Novakesmas, Jl Tata Bumi No 3 Sleman 55293 1 pcahyani26 atikskripsikti20 *korespondensi penulis Sejarah artikel Diterima Revisi Dipublikasikan 5 Maret 2021 7 Maret 2021 8 Maret 2021 Latar Belakang Prevalensi Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia terus meningkat. Pengertian komplikasi akibat penyakit ini, salah satunya adalah nefropati diabetik atau kerusakan nefron ginjal. Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Metode Penelitian ini merupakan eksperimen observasional dengan pendekatan cross sectional berdasarkan data sekunder. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2020. Populasi penelitian ini adalah anggota Prolanis Program Lanjutan Penanggulangan Penyakit Kronis di Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sampel dengan 24 pasien. Analisis data menggunakan uji Spearman. Hasil Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk test diperoleh data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji rank spearman diperoleh r sebesar -0,006 dan nilai p dengan sig. 2-tailed 0,961 atau> 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Kesimpulan Tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Kata kunci Diabetes Mellitus Tipe 2 Glukosa darah HbA1c Kreatinin Key word Type 2 Diabetes Mellitus Blood glucose HbA1c Creatinine The relationship of HbA1c levels with creatinin levels in Diabetes Mellitus Type 2 patients. Background People with Type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia continue to increase in prevalence. Understanding of complications due to this disease, one of which is diabetic nephropathy or damage to kidney nephrons. Objective To determine the relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Method This study was an observational experiment using a cross sectional approach based on secondary data. The research was carried out in February to April 2020. The population of this research study is a member of Prolanis Chronic Disease Management Advanced Program in Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sample with 24 patients. Analysis of data using the Spearman’s test. Results From the results of the normality test using the Shapiro Wilk test data obtained were not normally distributed so that continued with the Spearman rank test obtained r of and p values with sig. 2-tailed of or> H0 received. This means that there is no relationship between HbA1c levels and blood creatinine levels in patients with type 2 DM. Conclusion There is no relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 85 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 This is an openaccess article under the CC–BY-SA license. Pendahuluan Prevalensi dari penyakit Diabetes Mellitus DM semakin meningkat terutama di negara yang sedang berkembang Arisman, 2008. Pada tahum 2024 penderita diabetes diprediksi mencapai 692 juta jiwa. Angka ini berdasarkan catatan International Diabetes Federation IDF pada 2015 yang menyebut jumlah penderita diabetes mencapai 415 juta jiwa, kemudian pada tahun 2017 mencapai 425 juta. Di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas dari tahun 2013 hingga 2018 prevalensi Diabetes Melitus DM meningkat dari menjadi %, yang artinya terdapat juta penduduk menderita DM. Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang tidak dapat disembuhkan, namun kadar glukosa dalam darah dapat dikendalikan agar tetap pada ambang batas normal. Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan diabetes yang prevalensinya tinggi. Diabetes tipe 2 ini dapat terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, selain dari faktor keturunan, DM tipe 2 berkembang sangat lambat dan tidak mutlak memerlukan suntikan insulin karena pankreasnya masih menghasilkan insulin. Tipe DM ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi diantaranya komplikasi pada syaraf, koma hiperglikemi, koma hipoglikemi, komplikasi pada mata, luka yang sulit sembuh, dan komplikasi pada ginjal. Penderita diabetes mellitus mempunyai kecenderungan menderita nefropati 17 kali lebih sering dibandingkan dengan orang non-diabetik. Kerusakan pada ginjal tersebut dapat didiagnosa dengan pemeriksaan tes fungsi ginjal, salah satunya adalah pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Pemeriksaan kreatinin ini, sangat membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Kadar normal dari kreatinin adalah 0,05 dan kadar kreatinin dengan signifikansi = 0,000 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Menurut analisis statistik yang dilakukan data pada penelitian ini tidak normal, dilihat dari nilai kadar HbA1c dengan signifikansi = 0,458 >0,05 dan kadar kreatinin dengan signifikansi = 0,000 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Apabila mengacu pada analisis statistik tersebut tidak adanya hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah diakibatkan karena penderita DM Tipe 2 yang menjadi sampel dala penelitian ini melakukan kontrol HbA1c dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan rutin melakukan pemeriksaan glukosa darah setiap bulan dan melakukan medical check up setiap 6 bulan sekali untuk diukur kadar HbA1c, kreatinin darah, ureum darah, kolesterol total, HDL - kolesterol, LDL - kolesterol, trigliserida, mikroalbumin kuantitatif, dan pemeriksaan urin. Dengan rutin melakukan medical check up tersebut maka dapat dilakukan kontrol terhadap penderita. Penderita DM Tipe 2 tersebut juga selalu rutin mengkonsumsi obat - obatan diantaranya Metformin dan Glimepirid sehingga glukosa darah dapat dikontrol dengan baik. Apabila dilakukan kontrol HbA1c yang baik maka kemungkinan terjadinya komplikasi ginjal atau nefropati diabetik dapat diminimalisir. Karena dengan terkontrolnya glukosa dalam darah maka kerja dari ginjal tidak menjadi berat dan dapat terjadi kerusakan pada nefron apabila hal tersebut terjadi secara terus - menerus. Dibuktikan dengan penelitian ini bahwa kegiatan prolanis untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin dapat meminimalisir adanya kejadian nefropati diabetik. Hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Vithiavathi Sivasubramanian, Karthik Jetty, S. Senthil Kumar 2019. Yang menunjukkan adanya korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor diantaranya wilayah penelitian yang berbeda yaitu di India dan di Indonesia. Subyek yang dipilih oleh peneliti juga berbeda kriterianya. Subyek yang diambil oleh peneliti adalah kelompok anggota prolanis yang sudah ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 91 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dikontrol setiap bulan. Sedangkan hasil dari penelitian ini sama dengan penelitian milik Fernando Ferino 2017. Yang menunjukkan tidak terdapat korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah. Kelemahan dari penelitian ini adalah perlunya ditambahkan parameter lain untuk pemeriksaan tes fungsi ginjal agar benar - benar didapatkan hasil yang akurat mengenai adanya kerusakan ginjal atau komplikasi nefropati diabetik. Parameter lain tersebut diantaranya ureum, mikroalbumin urin, dan kreatinin urin untuk tes fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan saat adanya pandemi Covid-19 sehingga dalam pelaksanaannya kurang maksimal. Kesimpulan Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Perlu dilakukan penelitian kelanjutan dengan parameter lain yaitu ureum, mikroalbumin urin, dan kreatinin urin untuk tes fungsi ginjal, sehingga diketahui adanya risiko nefropati diabetik. Daftar Pustaka 1. Anggun, 2012. Hubungan Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. 2. Arsono, Soni. 2005. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Universitas Diponegoro. Semarang. 3. David C end Dugdale. Creatinine blood from https// Gov /Medlineplus/ency/article/ Tanggal 3 Januari 2019. 4. Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003. 5. Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta Aditya Media. 6. Guyton and Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta EGC. 7. I Gusti Ayu Putu Widia Satia Padma, dkk. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 111 Hlm. 107 – 11. 8. Kara A. Renal function. Clinical chemistry. 6th ed. Philadephia Wlters Kluwer;2012. 9. Kartika, .2006. Dinamika emosi kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus. Journal. Universitas Gajah Mada. 10. Kee JL., 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Cetakan I Edisi 6. Jakarta ECG. 11. Maulina, Sri Septi. 2016. Korelasi antara Kadar Glukosa Darah dengan Kadar Kreatinin Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rsud Surakarta. Tugas Akhir Universitas Setia Budi Surakarta. 12. McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes. 13. Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta. 14. Nugraha, Gilang 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta CV Trans Info Medika. 15. Perkeni, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia 2006, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta. 16. Rinda A. 2015. Pengaruh konsentrasi asam pikrat pada penentuan kreatinin menggunakan sequential injection analysis. Jurnal Kimia. 12 587 – 591. 17. Depkes, 2008. Riset kesehatan dasar RISKESDAS 2007. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 18. Rochmah, Diabetes melitus pada Usia Lanjut. InSudoyo dkk ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 19. Sacher, Ronald A dan Richard A. McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Alih bahasa Brahm dan Dewi Wulandari. Jakarta EGC. 20. Sacher, A Ronald. 2012. Tinjauan Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta EGC. 21. Sari, Putri Noviana. 2019. Gambaran Kadar Kreatinin pada Serum Deproteinasi dan Non - Deproteinasi dengan Metode Jaffe Reaction. Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta. 22. Soegondo, Sidartawan, Pradana Soewondo, Imam Subekti, ed. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta Balai Penerbit FKUI; 2004. 23. Soewondo P, 2009., Buku Ajar Penyakit Dalam Insulin Koma Hiperosmolar Hiperglikemik non Ketotik, Jilid III, Edisi 4, Jakarta FK UI pp. 1913. 24. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung Alfabeta. 25. Stevens LA, Coresh J, Greene T, Levey AS. Assesing kidney function-measured and estimated glomerular filtration rate. N Engl J Med. 2006;3542473-83. ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 93 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 26. Sivasubramanian, V., Jetty, K. and Kumar, 2019. Correlation of HbA1c with urinary ACR, serum creatinine and eGFR in type-2 diabetes mellitus at Puducherry, South India. International Journal of Research in Medical Sciences, 75, ResearchGate has not been able to resolve any citations for this SivasubramanianKarthik JettyS. Senthil KumarBackground Diabetes Mellitus DM is a major emerging clinical health problem in this world. Anemia is a common problem in diabetes. Type 2 DM comprises about 90% of diabetic population of any A cross-sectional study carried out among 125 type 2 diabetic mellitus patients’ area at Department of Medicine Aarupadai Veedu Medical college AVMC and hospital, Puducherry during the period from May 2018 to October objectives of the study were to evaluate the association of HbA1c with urinary ACR, eGFR and serum creatinine in Type 2 diabetes mellitus. Data was analyzed using the SPSS version The randomly selected study group comprised 100 type 2 DM patients and 25 control peoples of 35-70 years of age. Type 2 DM patients were evaluated of HbA1c, normotensives or hypertensives. FBS, serum creatinine, urinary albumin and creatinine were estimated. Urinary ACR and eGFR and were calculated. The data result was expressed as mean and standard deviation. A probability value is less than and it was considered statistically Type 2 diabetes mellitus patients, HbA1c and duration of diabetes were the strongest predictors of micro albuminuria and age was the strongest predictors of a low eGFR. The diabetes was poorly controlled, making the progression to end stage renal failure in concern patients. They measure the prevention of urinary albumin excretion, development of renal abrasion, smoking termination, strict glycaemic control and initiating lipid lowering therapy. Candace McnaughtonWesley H. SelfCorey M SlovisIN BRIEF This article reviews the most common and immediately life-threatening diabetes-related conditions seen in hospital emergency departments diabetic ketoacidosis, hyperglycemic hyperosmolar state, and hypoglycemia. It also addresses the evaluation of patients with hyperglycemia and no previous diagnosis of the coming years, estimates of the glomerular filtration rate GFR may replace the measurement of serum creatinine as the primary tool for the assessment of kidney function. Indeed, many clinical laboratories already report estimated GFR values whenever serum creatinine is measured. This review considers current methods of measuring GFR and GFR-estimating equations and their strengths and weaknesses as applied to chronic kidney Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas KedokteranAnggunAnggun, 2012. Hubungan Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas Kedokteran, Universitas Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal TerminalSoni ArsonoArsono, Soni. 2005. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Universitas Diponegoro. C End DugdaleDavid C end Dugdale. Creatinine blood from https// Gov /Medlineplus/ency/article/ Tanggal 3 Januari Kedokteran Dorland edisi 31W A DorlandNewmanDorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, J CorwinElizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta Aditya C GuytonJ E HallGuyton and Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah DenpasarDkk I Gusti Ayu Putu Widia Satia PadmaI Gusti Ayu Putu Widia Satia Padma, dkk. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 -1159, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 111 Hlm. 107 -11. DAFTAR PUSTAKA Hasdianah, 2012. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak-Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta Nuha Medika Riskesdas 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI Tahun 2013 Price, dan Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol 2. Jakarta EGC Mahara, 2016. Hubungan Kadar Kreatinin Serum Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud Dr. Sayidiman Kabupaten diakses tanggal 22 November 2016. Pratama, 2013. Korelasi Lama Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Nefropati Diabetika Studi Kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika Muda 11-7 Guyton, dan Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta EGC Smeltzer, 2014. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12. Jakarta EGC Alfonso, A A., Mongan, dan Memah. 2016. Gambaran Kadar Kreatinin Serum Pada Pasien Penyakit Ginjal KronikStadium 5 Non Dialisis. Jurnal e-Biomedik 41 178-183 Rehman G., Khan, dan Hamayun M. 2008. Studies on diabetic nephropathy and secondary diseases in type 2 diabetes. Int. J. Diab. Dev. Ctries 25 25-29. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi Cetakan Kedua. Jakarta Rineka Cipta. Ramadhan, N., dan N. Marissa. 2015. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kadar Hba1c Di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. SEL 22 49-56. Launteria, M. 2009. Faktor yang Berhubungan denganPengendalian Gula Darah padaPenderita Diabetes Mellitusdi Perkotaan Indonesia. Maj Kedokt Indon 599 418-423. Betteng, R., D. Pangemanan, dan N. Mayulu. 2014. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik eBM 22 404-412. Amira, N., K. Pandelaki, S. Palar. 2013. Hubungan Tekanan Darah Dan Lama Menderita Diabetes Dengan Laju Filtrasi Glomerulus Pada Subjek Diabetes Melitus Tipe 2 [skripsi]. Manado Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi. Pabateh, E., S. Efendi, dan A. Ayumar. 2015. Perbedaan Kadar Kreatinin Serum Dengan Kadar Gula Darah Yang Terkontrol Dan Tidak Terkontrol Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar [skripsi]. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIK Makasar. American Diabetes Association 2010. Position statement Standards of Medical Care in Diabetes 2010. Diab Care 33 Rehman G., Khan, dan Hamayun M. 2008. Studies on diabetic nephropathy and secondary diseases in type 2 diabetes. Int. J. Diab. Dev. Ctries 25 25-29. Prayuda, R. 2016. Hubungan Kadar Kreatinin Serum Dengan Mikroalbuminuria Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Di Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. diakses tanggal 22 November 2016 Suryawan, 2016. Gambaran Ureum dan Kreatinin Serum Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebelum Menjalani Jadwal Hemodialisa di RSUD Sanjiwani Gianyar. Meditory 42 145-153. Dabla, 2010. Renal Function in Diabetic Nephropathy. World Journal of Diabetes 12 48-56. Sahid, QAU. 2012. Hubungan Lama Diabetes Melitus Dengan Terjadinya Gagal Ginjal Terminal Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta [skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saranya, M. dan Nithiya T. 2015. Evaluation of Relationship Between Renal Abnormalities and Dyslipidemia on Type 2 Diabetes mellitus. WJPPS. 4823-33 Buah yang Harus Dihindari Penderita Diabetes Sumber Pixabay Jakarta Buah yang harus dihindari penderita diabetes karena mengandung gula yang tinggi. Walaupun buah-buahan terkenal memiliki berbagai kandungan yang sehat untuk tubuh, ternyata beberapa jenis buah malah harus dihindari oleh orang-orang dengan kondisi tertentu. 11 Manfaat Buah Kesemek untuk Kesehatan, Jarang Disadari 12 Manfaat Buah Durian untuk Kesehatan, Jarang Diketahui 9 Manfaat Biji Buah Mangga Bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui Khususnya bagi penderita diabetes, buah-buahan tertentu bisa menyebabkan perubahan tingkat gula dalam darah. Oleh karena itu, penderita diabetes harus benar-benar memperhatikan jenis buah yang dikonsumsinya. Buah yang harus dihindari penderita diabetes merupakan buah yang cukup umum dikonsumsi. Buah-buahan manis tersebut perlu kamu kontrol konsumsinya agar tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi tubuh kamu. Berikut rangkum dari berbagai sumber, Jumat 22/11/2019 tentang buah yang harus dihindari penderita diabetesManggaBuah yang harus dihindari penderita diabetes pertama adalah Mangga. Satu buah mangga utuh dapat memiliki 30 gram karbohidrat dan 26 gram gula. Saat mangga memiliki tekstur yang lunak, indeks glikemik akan semakin tinggi dan otomatis akan meningkatkan laju gula darah. Mengonsumsi banyak buah mangga akan menyebabkan peningkatan gula darah pada pasien anggur/copyright unsplash/Neven KrcmarekAnggur memang kaya serat, vitamin, dan nutrisi lainnya. Namun anggur juga mengandung kadar gula yang tinggi. Anggur sebaiknya dihindari oleh penderita diabetes karena tiga ons anggur saja bisa mengandung 15 gram karbohidrat yang bisa meningkatkan kadar gula dalam darah. Dikutip dari Very Well Health, satu buah anggur mengandung 1 gram Buah Nanas iStockphotoNanas tentunya adalah buah yang tak boleh ada di daftar diet penderita diabetes karena mengandung nilai Indeks Glikemik yang tinggi. Dalam semangkuk kecil nanas saja bisa terkandung lebih dari 20 gram karbohidrat. Jadi penderita diabetes sebaiknya menghindari buah ini. Semakin tebal dan lebar buah nanas, semakin banyak karbohidrat yang terkandung. Mengiris nanas kecil-kecil dapat jadi solusi mengonsumsi nanas dipadukan dengan makanan kaya protein agar gula darah tak Buah Pisang iStockphotoPisang adalah salah satu buah yang mudah dan murah untuk dikonsumsi. Namun sayangnya pisang tak baik untuk dikonsumsi penderita diabetes karena setengah cangkir pisang saja sudah mengandung 15 gram karbohidrat. Nilai Indeks Glikemik pisang juga cukup tinggi antara 46 - 70. Pisang yang sangat masak terutama harus dihindari oleh penderita mengandung banyak cairan dan memiliki lebih sedikit erat serta kalori. Semangka juga bisa menjadi sumber vitamin A dan C yang baik. Meski begitu, semangka merupakan salah satu buah yang harus dihindari penderita diabetes. Semangka memiliki nilai Indeks Glikemik yang tinggi, yaitu 72. Setengah takaran saji semangka saja bisa mengandung lima gram memang mengandung serat yang baik untuk pencernaan, namun buah ini juga memiliki nilai Indeks Glikemik tinggi yaitu 59, dan tinggi karbohidrat serta kalori. Pasien diabetes sebaiknya membatasi konsumsi pepaya jika ingin menghindari lonjakan tingkat gula dalam Aprikot / Sumber iStockphotoAprikot memiliki nilai Indek Glikemik yang tinggi, yaitu 57 dan sebaiknya tak dikonsumsi oleh pasien diabetes. Setengah cangkir aprikot berukuran sedang saja bisa mengandung delapan gram karbohidrat yang nantinya akan meningkatkan kadar gula dalam darah. Itulah beberapa jenis buah yang sebaiknya dihindari oleh para penderita diabetes. Membatasi dan mengetahui takaran yang aman untuk mengonsumsi buah-buahan tersebut penting dipahami penderita diabetes.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Diabetes mellitus DM adalah penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia. Tingginya kadar glukosa yang tidak terkontrol pada penderita DM dapat menyebabkan nefropati diabetic. Peningkatan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu indikasi adanya penurunan fungsi ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kreatinin dan hubungan antara kadar glukosa dengan kreatinin pada penderita Diabetes mellitus di laboratorium klinik Citra Lab Wonosari. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis di laboratorium Klinik Citra Lab Wonosari pada tahun 2020. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 pasien DM sebesar 34% pasien laki-laki memiliki kadar kreatinin normal dengan rerata kadar mg/dL sedangkan 24% memiliki kadar kreatinin tinggi dengan rerata kadar sebesar mg/dL. Sebanyak 26% pasien DM perempuan memiliki kadar kreatinin normal, dengan rerata kadar mg/dL, dan 12% memiliki kadar kreatinin tinggi dengan re...

kadar kreatinin pada penderita diabetes